JSIT Karanganyar - Terkadang, kita sebagai orang tua ketika mendapati nilai
ujian anak-anak kita turun drastis atau "jeblog" adalah kaget,
"gelo" atau istilahnya kecewa berat. Tak ketinggalan pula rasa
marah yang meletup-meletup karena geram melihat keadaan yang tak sesuai dengan
harapan.
Seperti yang dialami oleh seorang
ibu yang sharing kepada Ustadz Lilik Prihyanto perihal nilai ujian anak beliau
yang duduk di kelas dua SD merosot drastis. Pasalnya, yang dulu waktu kelas 1
SD adalah selalu juara 1. Namun tidak demikian ketika dia duduk di kelas 2 SD.
Kemudian Ustadz Lilikpun berbagi cerita
dengan beliau
Seperti kisah yang dituturkan oleh
seorang budayawan Semarang kepada Ustadz. Pak Pri gs namanya.
Suatu ketika, sang anak pulang
sekolah dengan membawa nilai ujian yang bisa dikatakan "jauh dari
harapan". Dia sebenarnya sangat takut untuk memberitahukan nilai tersebut
kepada sang ayah, Pak Pri gs. Namun, pada akhirnya sang anak pun
memberitahukannya kepada sang ayah.
"Ayah, saya mau memberitahu
sesuatu pada ayah. Tapi ayah janji ayah tidak boleh marah!", mimik wajah anak tersebut begitu polosnya yang menunjukkan
rasa takut & kuatir.
"Lhoh, kalau ada sebabnya kan
boleh marah Nak. Tidak asal-asalan marah.", sahut sang ayah.
"Saya mohon Ayah, ayah jangan
marah ya. Janji ya Ayah, nanti baru saya mau bilang.", dengan nada memohon sang anak tetap merayu kepada sang
ayah. Agar sang ayah bisa menerima nilainya yang kurang baik itu.
"Iya, sudah sekarang bilang
saja.", jawab sang ayah singkat.
"Beneran ya Ayah.", lanjut sang anak lagi.
Lalu sang ayah pun meyakinkan sang
anak bahwa dia tak Akan marah, "Iya, Ayah janji tidak akan marah
Nak!"
"Begini Yah, tadi nilai ujian
Matematika saya 3,4 Yah.",
sambil menyerahkan kertas nilainya dengan wajah tertunduk lemas, yang sesekali
memandangi wajah ayahnya.
Mendengar pengakuan sang anak,
sebenarnya Pak Pri 100% geram dan gemes juga. Gemuruh marah seketika itu
menyeruak di dalam dadanya. Namun, Pak Pri berusaha menahan gejolak rasa itu
lantas mengubahnya menjadi sebuah luapan yang berenergi positive.
"Kamu hebat Nak!", sambil mengacungkan jempol.
Karuan saja hal ini membuat sang
anak kebingungan, melihat ekspresi sang ayah yang memujinya bukan
"memarahinya".
"Lhoh ko bisa ayah?"
"Iya kamu hebat Nak! Kamu kan
dapat nilai 3,4 sedangkan ayah dulu hanya dapat 2 nilai Matematikanya.", sambil tersenyum.
Kemudian, Pak Pri pun melanjutkannya
dengan motivasi-motivasi yang bisa membuat sang anak berprestasi.
Setelah bercerita, Ustadz Lilik pun
melanjutkan sharingan dengan ibu-ibu yang kisahnya mirip dengan pengalaman Pak
Pri gs.
"Begini bu, marah itu boleh.
Gregetan, kecewa maupun gemes mengetahui nilai sang anak yang tak sesuai dengan
harapan kita. Namun bukan berarti kita harus memarahinya habis-habisan. Atau
bahkan sampai mengata-ngatainya, membanding-bandingkan dengan anak yang lain.
Sebaiknya, ibu tenangkan diri dulu sebelum menanggapi nilai tersebut. Setelah
tenang, baru ibu bisa ngobrol bersama dengan sang anak. Kenapa nilainya bisa
jelek seperti itu. Karena dalam kondisi yang seperti ini jiwa sang anak merasa
terlindungi dan nyaman. Sehingga dia bisa lebih bebas untuk mengungkapkan
semuanya. Ibu bisa memancing sang anak untuk bercerita, "Dik, apakah nilai
seperti ini bagus?"
Semisal dengan ungkapan-ungkapan
yang bernada lembut seperti itu bisa membuat sang anak sadar dan mengetahui
bahwa hal itu kurang bagus, kita bisa melanjutkannya dengan mengajak berpikir
sang anak apa penyebabnya dan bagaimana caranya agar bisa mendapatkan nilai
yang lebih baik lagi. Insya Allaah dengan begini, hati dan jiwa sang anak bisa
terkuatkan. Atau bisa juga ibu mengajak sang anak untuk berikrar maupun
berjanji untuk belajar lebih giat lagi. Tentunya peran sang ibu untuk selalu
memotivasinya juga tidak boleh ketinggalan.
Jika dengan usaha yang seperti itu,
namun sang anak masih juga belum bisa meraih nilai yang kita harapkan. Kita
juga harus tetap memotivasinya, tetap mengajak sharing bersama. Dan tak lupa,
selipkan nilai-nilai keIslaman untuk menasihatinya. "Dik, yang penting
kita sudah berusaha semampu kita. Karena hasil adalah Allaah yang menentukan.
Adik tetap semangat belajar ya, ibu tahu Dan yakin bahwa adik sebenarnya
bisa.", sambil tersenyum.
"Wallahualam bishawab"
Written by
"De Vyz"
http://www.jsitkaranganyar.org/2015/10/bagaimana-kita-bersikap.html#more
0 comments:
Posting Komentar